Kamis, 07 Januari 2010

Bencana

Belum lagi bencana banjir yang melanda beberapa daerah di Riau hilang dari perbincangan publik, kini bencana baru datang lagi. Padahal jarak antara musim hujan dan kemarau belum mencapai hitungan bulan. Namun siklus alam tersebut tetap saja menorehkan kenangan pahit bagi masyarakat Riau. Akar permasalahannya tetap saja sama, yaitu masalah kehutanan yang dewasa ini menjadi kambing hitam terhadap semua bencana yang terjadi di Riau. Dan hal itu tetap tidak akan usai sampai semua pihak menyadari pentingnya perlindungan kualitas hutan sebagai paru-paru dunia.
Banyaknya kawasan hutan lindung di Riau yang mengalami alih fungsi dan status menyebabkan provinsi ini selalu dilanda banjir sejak beberapa tahun terakhir. Karena memang kawasan hutan yang mengalami kondisi kritis dari tahun ke tahun semakin meluas. Hal ini secara paralel akan menambah tingkat kerusakan daerah kabupaten/kota akibat banjir yang disebabkan penurunan luas kawasan hutan. Nah melihat ini apakah pemerintah akan tutup mata hingga terjadi bencana yang maha dahsyat seperti di Bahorok atau tsunami Aceh?
Secara ekonomis bencana alam pasti menyebabkan dampak buruk bagi kehidupan masyarakat. Karena kerugian juga menimpa seluruh aspek kehidupan termasuk tulang punggung perekonomian. Tak terhitung lagi luas lahan pertanian yang rusak akibat banjir, termasuk lahan strategis di beberapa daerah seperti Rokanhilir, Rokanhulu, Kampar, Indragiri Hulu dan sebagainya. Hal itu belum termasuk relokasi terhadap korban bencana yang menelan APBD hingga triliunan rupiah. Jika hal ini terus berlanjut tanpa ada penanganan yang komprehensif tidak mustahil anggaran pembangunan Riau hanya terkuras untuk pemulihan kerusakan akibat banjir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar